1
|
Siswa masih
kurang bersemangat dalam pembelajaran.
Siswa
mengalami kesulitan pada materi yang bersifat hafalan.
Rendahnya
kemampuan perkalian dasar siswa.
|
Kajian
literatur:
1.
Belum menjadikan siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
2.
Belum menciptakan suasana kelas yang kondusif.
3.
Belum meciptakan pembelajaran yang bervariasi.
4.
Belum meningkatkan antusias dan semangat dalam
mengajar.
5.
Belum memberikan penghargaan.
6.
Aktivitas yang melibatkan siswa dalam kelas masih
kurang.
7.
Media permainan edukatif belum digunakan.
Arianti.
(2018). Peranan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Didaktika
Jurnal Kependidikan. 12(2). 117—134. https://bit.ly/3TA3067
Sari, R.K.,
Mudijiran, Fitria, Y., dan Irsyad. (2021). Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik Berbantuan Permainan Edukatif di
Sekolah Dasar. Jurnal Basucedu. 5(6). 5593—5600. https://bit.ly/3pZNTp2
Wawancara
dengan guru:
1.
Media tergolong sedikit.
2.
Materi yang sedikit berat untuk disampaikan.
3.
Masih menggunakan metode belajar konvensional.
4.
Belum menggunakan media menarik.
5.
Siswa tidak termotivasi.
(https://bit.ly/3RjDKzP)
(https://bit.ly/3Qk2iHD)
Wawancara
dengan kepala sekolah:
1.
Media pembelajaran kurang bervariasi.
2.
Model pembelajaran kurang menarik.
Wawancara
dengan Pengawas:
Metode yang
digunakan monoton.
(https://bit.ly/3TsFVCo)
Wawancara
dengan pakar:
1. Proses pembelajaran terlalu monoton.
2. Guru tidak menggunakan media pembelajaran.
3. Penataan keindahan ruang kelas tidak menarik.
4. Penampilan guru tidak menarik.
5. Volume suara guru kurang jelas.
6. Lingkungan belajar hanya di dalam kelas tidak
memanfaatkan lingkungan di luar kelas.
7. Pembelajaran guru cenderung klasikal tidak pernah
membentuk kelompok.
8. Perhatiaan guru kurang terhadap siswa yang lemah
atau pasif.
9. Pendekatan guru terhadap siswa yang kurang.
10. Guru jarang tersenyum dan bercanda terhadap siswa.
11. Guru terlalu mengejar target kurikulum.
12. Metode pembelajaran tidak bervariasi.
(https://bit.ly/3cADaOV)
|
1.
Pembelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif.
2.
Suasana pembelajaran belum kondusif.
3.
Pembelajaran yang dirancang belum bervariasi.
4.
Rancangan pembelajaran belum mampu meningkatkan
antusias dan semangat siswa.
5.
Keterampilan guru dalam memberikan penguatan
positif masih kurang.
6.
Media permainan edukatif dalam pembelajaran belum
optimal.
1.
Keterampilan dalam mengembangkan media
pembelajaran belum optimal.
2.
Belum membuat rangkuman materi.
3.
Metode pembelajaran belum bervariasi.
4.
Belum membuat peta konsep materi.
5.
Metode pembelajaran masih konvensional.
6.
Media yang digunakan kurang menarik.
7.
Pembelajaran belum membangkitkan motivasi belajar
siswa.
1.
Kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran
yang bervariasi masih belum optimal.
2.
Model pembelajaran yang digunakan kurang menarik.
Metode
pembelajaran yang digunakan tidak bervariasi.
1.
Pembelajaran tidak membangkitkan semangat siswa.
2.
Penggunaan media dalam pembelajaran belum
optimal.
3.
Penataan ruang kelas belum menarik.
4.
Penampilan guru kurang menarik.
5.
Volume suara guru kurang lantang dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
6.
Pembelajaran tidak memanfaatkan lingkungan di
sekitar sekolah.
7.
Pembelajaran masih klasikal dan tidak membentuk
kelompok dalam pembelajaran.
8.
Tidak membina siswa yang lemah atau pasif dalam
pembelajaran.
9.
Pendekatan guru dan siswa masih kurang terkait
pembelajaran.
10. Jarang
memberikan senyuman dan bercanda dengan siswa.
11. Terlalu
mengejar target kurikulum.
12. Pembelajaran
tidak menggunakan metode yang bervariasi.
|
2
|
Tingkat
pemahaman terhadap materi yang diberikan masih rendah.
Kesulitan
siswa dalam melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat (bilangan positif dan negatif).
|
Kajian
literatur:
1.
Belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membangun sendiri pemahamannya.
2.
Penjelasan guru hanya monoton serta media kurang
menarik.
Ilmiyah, N.,
Sari, A.C. dan Febrianto, R.D. (2021). Pengaruh Tingkat Pemahaman Peserta
Didik terhadap Hasil Belajar Matematika pada Materi Lingkaran. Majamath:
Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. 4(2). 113—124.
(https://bit.ly/3wVHW0e)
Wawancara
dengan guru:
1.
Media kurang menarik dan belum mengembangkan
bahan ajar.
2.
Pembelajaran yang monoton.
3.
Kurang kreatif dan inovatif dalam penyampaian
materi.
4.
Kurang minat siswa untuk belajar.
5.
Materi pelajaran terlalu luas.
(https://bit.ly/3TsFVCo)
(https://bit.ly/3Qk2iHD)
Wawancara
dengan kepala sekolah:
1.
Siswa sulit memahami materi yang diajarkan.
2.
Penggunaan media pembelajaran tidak tepat.
Wawancara
dengan Pengawas:
Metode yang
digunakan monoton.
(https://bit.ly/3TsFVCo)
Wawancara
dengan pakar:
1. Minat siswa kurang.
2. Kurang motivasi belajar siswa.
3. Faktor intelegensi.
4. Siswa yang tidak aktif semakin tertinggal.
5. Lingkungan sekolah tidak mendukung.
6. Media pembelajaran kurang menarik.
7. Kepedulian guru terhadap kemajuan belajar siswa
kurang.
8. Guru tidak memberitahukan tujuan utama pembelajaran.
9. Materi yang disajikan terlalu luas.
10. Pembelajaran berpusat kepada guru.
11. Guru tidak melibatkan siswa lebih aktif.
12. Keterampilan guru membuka pelajaran, bertanya,
menjelaskan, dan memberikan penguatan masih kurang.
13. Perhatian guru terhadap siswa secara individu kurang
.
14. Keterampilan guru dalam melakukan pembelajaran masih
kurang.
15. Guru tidak mampu menggunakan IT.
(https://bit.ly/3cADaOV)
|
1.
Pembelajaran yang dirancang belum melibatkan
siswa.
2.
Media yang digunakan dalam pembelajaran kurang
menarik dan penjelasan yang diberikan monoton.
1.
Media yang digunakan tidak bervariasi
2.
Pengembangan bahan ajar belum optimal.
3.
Pembelajaran yang dilaksanakan monoton.
3.
Penyampaian materi kurang kreatif dan inovatif.
4.
Pembelajaran belum membangkitkan minat belajar
siswa.
5.
Materi yang disampaikan terlalu kompleks.
1.
Metode pembelajaran yang digunakan tidak sesuai
dengan materi.
2.
Belum mengembangkan materi ajar.
3.
Media yang digunakan kurang optimal.
Metode
pembelajaran yang digunakan tidak bervariasi.
1.
Belum membangkitkan minat siswa dalam
pembelajaran.
2.
Kurang memotivasi siswa dalam permbelajaran.
3.
Faktor tingkat kemampuan siswa berbeda.
4.
Pembelajaran belum mampu menjadikan siswa aktif
secara optimal.
5.
Penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik
siswa.
6.
Kepedulian guru terhadap kemajuan belajar siswa
masih kurang.
7.
Keterampilan membuka pembelajaran belum maksimal.
8.
Belum membuat rangkuman materi ajar.
9.
Pembelajaran yang dirancang belum berpusat kepada
siswa.
10. Tidak
melibatkan siswa dalam pembelajaran.
11. Belum
menguasai keterampilan membuka pelajaran, bertanya, menjelaskan dan
memberikan penguatan secara optimal.
12. Kurangnya
perhatian guru kepada siswa secara individu.
13. Keterampilan
melaksanakan pembelajaran masih kurang.
14. Pemanfaatan IT
belum optimal dalam pembelajaran.
|
3
|
Beberapa siswa
tidak bisa bersosialisasi dalam pembelajaran.
Hubungan
komunikasi guru dengan orang tua siswa
terkait pembelajaran masih kurang
|
Kajian
literatur:
1.
Minat dan motivasi kurang.
2.
Kurangnya interaksi guru dengan siswa.
3.
Cara penyajian materi kurang tepat.
4.
Hubungan antara guru dengan siswa.
5.
Kurang pembinaan dan pembimbingan.
Husaini, A.,
Lestari, S., dan Purwanti. (2019). Studi Kasus Tentang Siswa yang Kesulitan
Bersosialisasi dengan Teman Sebaya. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.
8(3). 1—7.
https://bit.ly/3ACnLpl
Wawancara
dengan guru:
1.
Takut untuk mengeluarkan pendapat.
2.
Pembelajaran masih teacher centered.
3.
Siswa tidak memahami materi.
4.
Kurang percaya diri.
(https://bit.ly/3RjDKzP)
(https://bit.ly/3Qk2iHD)
Wawancara
dengan kepala sekolah:
1.
Kurang membiasakan siswa.
2.
diberikan kesempatan untuk berbicara.
3.
Jarang melakukan diskusi atau mengajak siswa
mengungkapkan pikiran di depan kelas.
4.
Model pembelajaran tidak tepat.
Wawancara
dengan Pengawas:
1.
Kurang bersosialisasi dalam keluarga.
2.
Pernah mengalami fobia sosial/ bulliying.
(https://bit.ly/3TsFVCo)
Wawancara
dengan pakar:
1. Guru kurang menerapkan strategi pembelajaran.
2. Guru tidak memotivasi siswa yang minder.
3. Guru tidak peduli terhadap siswa yang suka membully
dan dibully.
4. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi.
5. Guru tidak membiasakan siswa mempresentasikan hasil.
6. Guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
7. Pembelajaran terlalu berpusat kepada guru.
(https://bit.ly/3cADaOV)
|
1.
Pembelajaran belum membangkitkan minat dan
motivasi siswa.
2.
Interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran belum
maksimal.
3.
Penyajian materi dalam pembelajaran kurang tepat.
4.
Hubungan dalam bersosialisasi antara guru dengan
siswa belum maksimal.
5.
Pembinaan dan bimbingan saat pembelajaran belum
maksimal.
1.
Takut mengeluarkan pendapat dalam pembelajaran.
2.
Pembelajaran yang dirancang masih berpusat kepada
guru.
3.
Materi yang disampaikan belum sesuai.
4.
Pembelajaran belum membangkitkan percaya diri
siswa.
1.
Kurang membiasakan siswa untuk bersosialisasi dalam
pembelajaran.
2.
Metode diskusi jarang digunakan dalam
pembelajaran.
3.
Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat.
Penanganan
siswa yang mengalami fobia sosial belum maksimal.
1.
Penerapan strategi pembelajaran masih kurang
optimal.
2.
Kurang memotivasi siswa yang tidak percaya diri.
3.
Perhatian guru kepada siswa yang membully
dan dibully masih kurang.
4.
Kurang memberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam
pembelajaran.
5.
Kurang membiasakan siswa untuk mempresentasikan
hasil yang telah ditemukan.
6.
Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
7.
Pembelajaran yang dirancang masih berpusat kepada
guru.
|
4
|
Belum
menerapkan model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran secara optimal.
|
Kajian
literatur:
1.
Kurangnya pelatihan dan bimbingan.
2.
Pemahaman terhadap konsep pembelajaran inovatif
yang masih lemah.
3.
Kurangnya contoh-contoh pembelajaran inovatif
yang sesuai dengan kondisi sekolah.
Kosnandar, A.
(2013). Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) Sesuai Kurikulum 2013. Jurnal Teknologi
Pendidikan. 8(1). 33—61. https://bit.ly/3wJwXqM
Wawancara
dengan guru:
1.
Kurang menguasai teknologi.
2.
Proses memilih dan menyesuaikan materi
pembelajaran dan membuat media sederhana masih membutuhkan waktu sedikit
lebih lama.
3.
Tidak ada pelatihan.
4.
Kurang memahami IT.
5.
Kesulitan dalam mencari ide dalam menentukan
media yang sesuai pembelajaran.
(https://bit.ly/3RjDKzP)
(https://bit.ly/3Qk2iHD)
Wawancara
dengan kepala sekolah:
Pemahaman guru
terkait pembelajaran inovatif kurang.
Wawancara
dengan Pengawas:
1.
Keterbatasan sarana prasarana sekolah.
2.
Perbedaan kompetensi pendidik.
(https://bit.ly/3TsFVCo)
Wawancara
dengan pakar:
1. Kompetensi guru kurang terhadap pembelajaran
inovatif.
2. Guru malas membaca dan mencari tahu hal-hal terkait
motivasi pembelajaran demi menambah wawasan.
3. Media dan sarana kurang.
4. Guru kurang diberikan kesempatan untuk mengikuti
pelatihan.
5. Guru kurang berminat dalam melakukan pembelajaran
inovatif.
6. Guru tidak kreatif.
7. Guru jarang disupervisi secara teratur dan
berkelanjutan oleh kepala sekolah dalam pembelajaran.
(https://bit.ly/3cADaOV)
|
1.
Belum mengoptimalkan pelatihan dan bimbingan.
2.
Pemahaman konsep pembelajaran inovatif masih
lemah.
3.
Contoh pembelajaran inovatif yang sesuai kondisi
sekolah masih kurang.
1.
Pemanfaatan teknologi kurang optimal dalam
pembelajaran.
2.
Belum memanajamen waktu dalam membuat media
sederhana yang sesuai karateristik materi.
3.
Belum mengoptimalkan pelatihan yang ada.
4.
Pemahaman IT masih belum optimal dalam
perancangan pembelajaran inovatif.
5.
Kurang mencari ide dalam menentukan media yang
sesuai.
1.
Pemahaman terkait pembelajaran inovatif masih
kurang.
2.
Kurang mencari dan mempelajari referensi yang
tersedia.
Kemampuan
setiap pendidik berbeda untuk melaksanakan pembelajaran inovatif.
1.
Pengetahuan guru terhadap pembelajaran inovatif
masih kurang.
2.
Kurang mencari dan membaca literatur terkait motivasi
pembelajaran.
3.
Kurang mengoptimalkan pelatihan yang ada.
4.
Kurang kreatifitas guru dalam merancang pembelajaran
inovatif.
5.
Supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah kurang
maksimal.
|
5
|
Rendahnya
minat baca siswa.
Sumber
pembelajaran hanya menggunakan buku guru dan siswa.
Pemahaman
siswa terhadap konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat (bilangan
bulat positif dan negatif) yang masih kurang.
Pembelajaran
yang diberikan masih berbasis LOTS (Lower Order Thinking Skill)
|
Kajian
literatur:
1.
Belum menggunakan media buku cerita bergambar.
2.
Pembelajaran berpusat pada guru.
3.
Bosan dengan kegiatan yang tengah dilakukan.
4.
Membaca 15 menit sebelum pembelajaran belum optimal.
5.
Peranan pojok baca belum di tata secara menarik.
Safitri, L.,
Muslim, A.H., dan Hawanti, S. (2019). Pengaruh Membaca 15 Menit terhadap
Minat Baca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas. 5(2).153—157.
https://bit.ly/3KPgtTX
Kurniawan,
A.R., Destrinelli, Hayati, S., Rahmad, Riskayanti, J., Wasena, I.S., Triadi,
Y. (2019). Peranan Pojok Baca dalam Menumbuhkan Minat Baca Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar. 3(2).
48—57. https://bit.ly/3Q38fZ9
Apriliani,
S.P., dan Radia, E.H. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Buku Bergambar
untuk Meningkatkan Minat Membaca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu.
4(4). 994—1003. https://bit.ly/3AElKcb
Wawancara
dengan guru:
1.
Kurangnya buku literasi yang lebih menyenangkan
untuk usia SD.
2.
Guru kurang mensosialisasikan minat baca dan
belum memberikan contoh literasi sebelum pembelajaran.
3.
Perpustakaan belum maksimal dan keterbatasan buku
bacaan.
4.
Tidak ada dorongan dari guru untuk pembiasaan
membaca buku.
(https://bit.ly/3RjDKzP)
(https://bit.ly/3Qk2iHD)
Wawancara
dengan kepala sekolah:
1.
Ruang literasi dalam kelas belum optimal.
2.
Perpustakaan belum ada.
3.
Buku bacaan kurang tersedia
Wawancara
dengan Pengawas:
1.
Mudah memperoleh informasi yang instan.
2.
Pengaruh media sosial.
(https://bit.ly/3TsFVCo)
Wawancara
dengan pakar:
1. Tidak ada program yang baik terkait pembiasaan siswa
membaca.
2. Sekolah tidak memiliki perpustakaan.
3. Buku-buku kurang.
4. Penataan buku-buku bacaan di perpustakaan/ di pojok
literasi kurang menarik dan rapi.
5. Orang tua tidak memberikan dorongan kepada
anak untuk membaca.
6. Kurang perhatian orang tua siswa
mengarahkan kebiasaan anak untuk membaca.
7. Sekolah tidak pernah mengadakan lomba membaca secara
berkala.
8. Sekolah tidak menganjurkan siswa membaca di
perpustakaan.
9. Siswa tidak dilatih membaca teknik.
10. Adanya kemajuan teknologi di bidang media informasi
dan komunikasi menjadikan siswa lebih senang bermain hp, internet dan menonton
televisi daripada membaca.
11. Siswa berdomisili di lingkungan yang
banyak warung internet (warnet).
|
1. Penggunakan media buku cerita
bergambar belum optimal.
2. Proses pembelajaran masih
berpusat kepada guru.
3. Pembelajaran yang dilaksanakan membosankan.
4. Kegiatan membaca 15 menit
sebelum pembelajaran belum maksimal.
5. Pojok baca dalam kelas belum
menarik minat baca siswa.
1. Belum menyediakan buku literasi
yang menyenangkan usia SD.
2. Kurang mensosialisasikan minat
baca dan belum memberikan contoh pembiasaan literasi sebelum pembelajaran.
3. Pemanfaatan perpustakaan belum
maksimal dan keterbatasan buku bacaan.
4. Pembiasaan kepada siswa untuk
membaca buku belum optimal.
1. Pemanfaatan ruang literasi dalam
kelas belum optimal.
2. Buku bacaan yang tersedia masih
kurang.
1. Informasi instan lebih mudah
diperoleh dari pada membaca.
2. Media sosial berpengaruh
terhadap rendahnya minat baca siswa.
1. Program sekolah/ kelas terkait
pembiasaan siswa untuk membaca belum maksimal.
2. Buku bacaan yang tersedia masih
kurang maksimal.
3. Penataan buku-buku di
perpustakaan/ pojok literasi kurang menarik dan rapi.
4. Tidak ada perlombaan membaca
secara berkala.
5. Kurang membiasakan siswa untuk
membaca di perpustakaan.
6. Tidak melatih siswa membaca
teknik.
7. Kemajuan teknologi lebih
digemari dari pada membaca.
|
6
|
Tampilan LKPD
dan bahan ajar belum menarik.
Pemanfaatan
media audio visual belum optimal dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa kurang
bersemangat dalam pembelajaran.
Pengerjaan
soal evaluasi belum berbasis teknologi seperti tablet.
|
Kajian
literatur:
1.
LKPD yang disusun penerbit belum sesuai dengan
karateristik dan lingkungan siswa.
2.
Kurang memiliki keterkaitan dengan masalah nyata
yang dihadapi siswa.
3.
LKPD hanya berupa lembaran soal dan minim
penjelasan materi.
4.
Gambar yang tersedia di LKPD masih minim dan
bewarna hitam putih.
5.
LKPD belum memberikan pengalaman belajar yang
berpusat pada siswa.
6.
Hanya memanfaatkan bahan ajar seadanya seperti
buku pegangan guru dan siswa.
7.
Untuk meningkatkan antusias siswa dan menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan
lembar kerja siswa yang memanfaatkan teknologi.
8.
Belum melakukan pengembangan bahan ajar yang
memanfaatkan teknologi seperti Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik
(E-LKPD).
Nareswari,
N.L.Pt.S.R., Suarjana, I, M., dan Sumantri, M. (2021). Belajar Matematika
dengan LKPD Berbasis Kontekstual. Jurnal Mimbar Ilmu. 26(2).204—213. https://bit.ly/3wLEe9k
Rahayu, S.,
Ladamay, I., Ulfatin, N., Kumala, F.N., dan Aminatun, S. (2021). Pengembangan
LKPD Elektronik Pembelajaran Tematik Berbasis High Order Thinking Skill
(HOTS). Jurnal Pendidikan Dasar. 13(2).112—118.
https://bit.ly/3edDQtZ
Wawancara
dengan guru:
1.
Belum optimal mengembangkan bahan ajar LKPD
karena lebih mudah LKPD konvensional.
2.
Guru hanya mengandalkan buku guru dan buku siswa.
3.
Kurang memahami IT dalam membuat bahan ajar yang
menarik.
4.
Kurang menguasai teknologi atau perangkat laptop.
(https://bit.ly/3RjDKzP)
(https://bit.ly/3Qk2iHD)
Wawancara
dengan kepala sekolah:
1.
Kurang menguasai teknologi.
2.
Tidak mengetahui cara pembuatan LKPD yang
menarik.
3.
Kurang pelatihan-pelatihan yang diikuti.
Wawancara
dengan Pengawas:
Kurangnya
kemampuan guru terutama dalam menulis.
(https://bit.ly/3TsFVCo)
Wawancara
dengan pakar:
1. Tampilan cover tidak menarik minat baca siswa.
2. Kurang menampilkan gambar-gambar yang berwarna.
3.
LKPD dan bahan
ajar belum menampilkan cerita bergambar.
4.
Modal huruf,
kata, atau kalimat tidak bervariasi.
5.
Penggunaan
bahasa terlalu rumit sehingga sulit dipahami atau tidak komunikatif.
6.
Di dalam bahan
ajar materi terlalu luas.
7.
Petunjuk LKPD
kurang jelas.
8.
Pertanyaan
yang memerlukan jawaban tidak terikat materi.
(https://bit.ly/3cADaOV)
|
1.
Penyusunan LKPD belum menyesuaikan karateristik
dan lingkungan siswa.
2.
LKPD yang dirancang belum konstektual.
3.
LKPD hanya memuat lembaran soal dan minim
penjelasan materi.
4.
Gambar yang tersaji di LKPD masih minim dan bewarna
hitam putih.
5.
LKPD belum memuat pengalaman belajar berpusat
kepada siswa.
6.
Pembelajaran hanya memanfaatkan buku pegangan
guru dan siswa.
7.
Belum memanfaatkan LKPD berbasis teknologi.
8.
Belum memanfaatkan LKPD dalam membuat E-LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik).
1.
LKPD yang digunakan masih konvensional.
2.
Pengembangan bahan ajar belum optimal.
3.
Pembelajaran yang dilaksanakan masih terfokus
kepada buku guru dan buku siswa.
4.
Pembuatan bahan ajar tidak menggunakan IT secara optimal.
5.
Pembuatan LKPD dan bahan ajar belum memanfaatkan
teknologi secara optimal.
1.
Belum memanfaatkan teknologi secara optimal.
2.
Kurang mencari dan mempelajari tutorial pembuatan
LKPD yang menarik.
3.
Kurang melatih diri dalam membuat LKPD dan bahan
ajar menarik.
Kemampuan
dalam dalam menulis belum optimal.
1.
Cover LKPD tidak menarik minat baca siswa.
2.
LKPD yang dirancang belum menampilkan
gambar-gambar berwarna.
3.
LKPD yang disajikan belum menampilkan cerita
bergambar.
4.
Pengunaan tata bahasa dalam LKPD tidak
bervariasi.
5.
LKPD dibuat dengan bahasa rumit atau tidak
komunikatif.
6.
Materi di bahan ajar belum dibuat ringkasan.
7.
LKPD menggunakan petunjuk yang kurang jelas.
8.
Pertanyaan di LKPD tidak sesuai dengan materi
yang disampaikan.
|