Senin, 21 November 2022

Aplikasi Untuk Bisnis/ Penghasil Uang

 

CNK PULSA

CNK pulsa merupakan aplikasi untuk transaksi pembayaran maupun penjualan, seperti:

- Pulsa

- Paket Telpon

- Pake Data Internet

- PLN

- Pembayaran segala macam tagihan (PDAM, TV Voucher, Pajak PBB, Finance, E-Samsat, dan sebagainya)

-  Pembayaran BPJS

- Voucher Internet (AXIS, IM3, TRI, TELKOMSEL, dan 3)

- Pembayaran Belanja Online (E-Commerce) seperti Shopee, Bukalapak, dll.

- Pembayaran Tagihan Kredit.

- Transfer BANK

- TOP UP Game, DANA, OVO, GOPAY, dsb.

Harga murah meriah dan bersaing.

Saya sudah menggunakan aplikasi ini untuk usaha konter saya sekitar kurang lebih 5 tahunan dalam menjalankan bisnis saya, menurut saya Aplikasi ini paling murah dan termurah daripada aplikasi lainnya.

Bagi yang minat dan ingin daftar untuk mendapatkan potongan harga, silahkan hubungi kontak berikut:

What App 089693724545

Pelatihan SAGUSABLOG Ikatan Guru Indonesia (IGI)

Mr. Mung nama populer di dunia maya, lengkapnya Amin Mungamar asal Banjarnegara, tepatnya desa Kincang Rt 01 Rw 01 Kec. Rakit, Kab. Banjarnegara. Profesi sekarang sebagai abdi negara, Guru mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di SMP N 1 Kaliwungu Kab. Semarang yang beralamat di Ds. Kaliwungu Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, termasuk daerah pemekaran Kabupaten Semarang.

Sebagai aktifitas sepulang mengajar, mengelola SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog) salah satu kanal kegiatan resmi Ikatan Guru Indonesia, mengelola channel Youtube Mung Media, membuat aplikasi android di Mung Media, pengelola BlogSiswa.com - Blognya Siswa Indonesia, dan CEO  MungBisnis.com Penyedia Jasa Pembuatan Web/ Blog Elegan, Keren dan Murah yang memiliki lebih dari 1000 klien dari berbagai penjuru di Indonesia dan mancanegara.

Pelatihan yang diadakan oleh SAGUSABLOG merupakan pelatihan yang diadakan oleh Ikatan Guru Indonesia dalam membuat, mendesain, dan mengelola blog. Sehingga dapat meningkatkan keterampilan guru untuk menulis, dan memanfaatkan TIK dalam mengkomuniskan dan berbagi dalam proses pembelajaran, administrasi pembelajaran dan ilmu-ilmu lainnya.

Pelatihan SAGUSABLOG pertama yang itu pelatihan kelas dasar yang terdiri atas beberapa tugas pelatihan yang harus dikerjakan untuk mendapatkan sertifikat jika telah dinyatakan lulus.

1. Membuat blog dengan blogger (Modul 1).

2. Mengganti dan mendesain template bawaan blogger (Modul 2).

3. Mendesain Header blog (Modul 3).

4. Mengelola dan Menghias Blog (Modul 4):

-  Posting artikel, gambar, teks, video

- Posting Laman

- Posting artikel dengan pemenggalan paragraf

- Membuat link dalam tulisan

- Membuat label/ kategori postingan

- Menambahkan widget-widget penting seperti: popular post, Daftar link, Statistik Blog, Pengikut.

5. Membuat dan Mengelola Menu Blog (Modul 5).

6. Membuat dan mengelola soal online di google drive (Modul 6).

Dalam pelatihan ini, peserta dilatih, bimbing oleh beberapa pelatih yang pasti yang sudah mempunyai pengalaman sehingga mudah untuk mengarahkan dan membimbing peserta. Dalam pelatihan ini juga terdapat materi yang sangat mudah dipahami dan sangat mudah dipraktikkan dalam proses penyelesaian pelatihan. Selain materi, dalam setiap materi juga dilengkapi dengan video tutorial cara mengerjakan/ menyelesaikan tugas sesuai dengan materi pelatihan sehingga dapat mempermudah peserta dalam menyelesaikan bagian tugas yang mengalami kesulitan/ kendala.

Setelah mengikuti pelatihan SAGUSABLOG kelas dasar, maka kita dapat melanjutkan pelatihan SAGUSABLOG pada kelas lanjutan.

SAGUSABLOG Lanjutan merupakan pelatihan online membuat blog yang disediakan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) melalui kanal pelatihan diantaranya SAGUSABLOG DASAR.

Tujuan Pelatihan ini yaitu untuk membiasakan guru menuangkan tulisan dan ide-ide kreatif dalam blog. Selain itu melalui blog yang dibuat guru dapat menautkan pembelajaran dan tes online kepada siswa. Pelatihan SAGUSABLOG bisaa diakses dengan mudah melalui http://www.sagusablog.com atau https://www.igi.or.id.

Ikatan Guru Indonesia (IGI) sangat peduli dalam memberikan pelatihan untuk menunjang kompetensi guru agar semakin mahir teknologi. Tidak hanya SAGUSABLOG, masih banyak pelatihan lainnya yang diselenggarakan IGI. Namun untuk mengikuti pelatihan tersebut dan pelatihan menarik lainnya, Anda sebaiknya mendaftar menjadi anggota IGI. Berikut beberapa video tutorial pendaftaran dan membuat blognya.

Materi yang akan Bapak Ibu dapatkan jika daftar di pelatihan ini antara lain :
  1. Membuat blog guru dengan engine blogger
  2. Mengganti template blog guru dengan template dari pihak ketiga
  3. Mendesain header blog guru dengan Adobe Photoshop
  4. Mengelola dan menghias blog guru
  5. Membuat soal online di Google Drive
  6. Custom Domain dengan domain premium / domain gratis
  7. Monetize Blog
  8. SEO (Search Engine Optimization)
Benefit lainnya jika mengikuti kegiatan ini dalam membuat/ mendesain blog adalah
1. Ilmu Bermanfaat
2. Relasi Komunitas
3. Relasi Narasumber
4. Bonus E-Modul
5. Sertifikat 39 JP
6. Keterampilan dalam memanfaatkan IT
7. Dapat berbagi kapanpun dan dimanapun

Bagi yang belum mengikuti pelatihan dapat mengikuti pelatihan di kanal sagusablog
Jangan sampai melewatkan pengalaman dan kesempatan yang sangat bermanfaat.

LK 1.1 dan LK 1.2 PPG dalam Jabatan 2022

 

Allatif_LK. 1.1. Identifikasi Masalah

 

 

No.

Jenis Permasalahan

Masalah yang Diidentifikasi

Analisis Identifikasi Masalah

1

Pedagogik, literasi, dan numerasi.

Pedagogik

Siswa masih kurang bersemangat dalam pembelajaran.

 

 

 

 

Literasi

Siswa mengalami kesulitan pada materi yang bersifat hafalan.

 

 

 

Numerasi

Rendahnya kemampuan perkalian dasar siswa.

 

 

 

Pedaogik

a. Model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan karateristik siswa.

b. Media powerpoint yang ditampilkan kurang menarik minat siswa.

 

Literasi

a.    Rangkuman materi tidak tertuang di suplemen materi ajar.

b.   Teks yang disajikan tidak didukung dengan ilustrasi yang mendukung.

 

Numerasi

a.    Minimnya bekal konsep perkalian.

b.   Minimnya waktu yang diberikan menghafal perkalian dasar.

2

kesulitan belajar siswa termasuk siswa berkebutuhan khusus dan masalah pembelajaran (berdiferensiasi) di kelas berdasarkan pengalaman mahasiswa saat menjadi guru.

Tingkat pemahaman terhadap materi yang diberikan masih rendah.

 

 

 

 

Kesulitan siswa dalam melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat (bilangan positif dan negatif).

 

 

 

 

 

a.    Belum menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran

b.   Kesulitan memahami gaya belajar siswa.

 

 

a.    Media pembelajaran yang digunakan kurang tepat.

 

b.   Pembelajaran yang dilaksanakan kurang bermakna.

 

c.    Kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

3

membangun relasi/hubungan dengan siswa dan orang tua siswa.

Relasi dengan siswa

Beberapa siswa tidak bisa bersosialisasi dalam pembelajaran.

 

 

 

 

 

Relasi dengan orang tua siswa

Hubungan komunikasi guru dengan orang tua siswa  terkait pembelajaran masih kurang.

 

a.    Belum menerapkan pembelajaran yang menyenangkan.

b.   Pembelajaran hanya berfokus kepada guru.

 

 

 

a.    Tidak ada buku penghubung pihak sekolah kepada orang tua.

b.   Belum ada jadwal pertemuan rutin dengan orang tua.

 

 

 

4

pemahaman/ pemanfaatan model-model pembelajaran inovatif berdasarkan karakteristik materi dan siswa.

Belum menerapkan model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran secara optimal.

 

 

 

 

a.    Model pembelajaran inovatif yang dilaksanakan belum sesuai dengan karateristik siswa dan materi.

b.   Kurangnya persiapan menyiapkan pembelajaran inovatif.

c.    Kurangnya membaca referensi terkait model-model pembelajaran inovatif.

d.   Belum mampu menyusun pembelajaran sesuai sintak model pembelajaran inovatif.

e.    Pembelajaran didominasi oleh guru.

5

Materi terkait Literasi numerasi, Advanced material, miskonsepsi, HOTS.

Literasi

Rendahnya minat baca siswa.

 

 

 

 

Advanced Material

Sumber pembelajaran hanya menggunakan buku guru dan siswa.

 

 

Miskonsepsi

Pemahaman siswa terhadap konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat (bilangan bulat positif dan negatif) yang masih kurang.

 

HOTS

Pembelajaran yang diberikan masih berbasis LOTS (Lower Order Thinking Skill)

Literasi

a.    Pemanfaatan pojok literasi belum maksimal.

b.   Kurang memberikan kesempatan siswa membaca diawal pembelajaran.

 

Advanced Material

Guru belum menyediakan tambahan suplemen bahan ajar.

 

 

 

Miskonsepsi

a.    Penggunaan media belum tepat.

b.   Konsep materi yang disampaikan belum tepat.

 

 

 

 

 

HOTS

a.    Kurang pemahaman mengenai pembelajaran berbasis HOTS.

b.   Kurang membaca referensi terkait pembelajaran berbasis HOTS.

c.    Belum terbiasa memberikan latihan-latihan soal berbasis HOTS.

d.   Perangkat pembelajaran yang disusun belum memasukkan unsur yang berbasis HOTS.

6

pemanfaatan teknologi/inovasi dalam pembelajaran.

Pemanfaatan media audio visual belum optimal dalam kegiatan pembelajaran.

 

 

 

Tampilan LKPD dan bahan ajar belum menarik.

 

 

 

Siswa kurang bersemangat dalam pembelajaran.

 

 

 

 

Pengerjaan soal evaluasi belum berbasis teknologi seperti tablet.

a.    Kurang menguasai pembuatan media audio visual.

b.   Kurang kreatif dalam membuat media audio visual.

 

Belum memanfaatkan teknologi dalam mendesain LKPD dan bahan ajar menggunakan aplikasi.

 

 

a.    Pemanfaatan media pembelajaran kurang menarik.

b.   Pemanfaatan tampilan media power point masih sederhana dan kurang menarik.

 

 

a.    Soal evaluasi yang diberikan hanya di tulis di whiteboard.

b.   Soal evaluasi yang diberikan berupa hasil print.

c.    Dalam pembelajaran belum memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan soal berbasis teknologi, seperti quizizz dan google form.

 

 Allatif_LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

 

No.

Masalah yang telah  diidentifikasi

Hasil eksplorasi penyebab masalah

Analisis eksplorasi penyebab masalah

1

Siswa masih kurang bersemangat dalam pembelajaran.

 

Siswa mengalami kesulitan pada materi yang bersifat hafalan.

 

Rendahnya kemampuan perkalian dasar siswa.

 

Kajian literatur:

 

1.   Belum menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2.   Belum menciptakan suasana kelas yang kondusif.

3.   Belum meciptakan pembelajaran yang bervariasi.

4.   Belum meningkatkan antusias dan semangat dalam mengajar.

5.   Belum memberikan penghargaan.

6.   Aktivitas yang melibatkan siswa dalam kelas masih kurang.

7.   Media permainan edukatif belum digunakan.

 

Arianti. (2018). Peranan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Didaktika Jurnal Kependidikan. 12(2). 117—134. https://bit.ly/3TA3067

 

Sari, R.K., Mudijiran, Fitria, Y., dan Irsyad. (2021). Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik Berbantuan Permainan Edukatif di Sekolah Dasar. Jurnal Basucedu. 5(6). 5593—5600. https://bit.ly/3pZNTp2

 

Wawancara dengan guru:

1.   Media tergolong sedikit.

2.   Materi yang sedikit berat untuk disampaikan.

3.   Masih menggunakan metode belajar konvensional.

4.   Belum menggunakan media menarik.

5.   Siswa tidak termotivasi.

 

(https://bit.ly/3RjDKzP)

(https://bit.ly/3Qk2iHD)

 

 

 

 

 

 

 

 

Wawancara dengan kepala sekolah:

1.   Media pembelajaran kurang bervariasi.

2.   Model pembelajaran kurang menarik.

 

 

 

 

 

Wawancara dengan Pengawas:

Metode yang digunakan monoton.

 

(https://bit.ly/3TsFVCo)

 

Wawancara dengan pakar:

1.   Proses pembelajaran terlalu monoton.

2.   Guru tidak menggunakan media pembelajaran.

3.   Penataan keindahan ruang kelas tidak menarik.

4.   Penampilan guru tidak menarik.

5.   Volume suara guru kurang jelas.

6.   Lingkungan belajar hanya di dalam kelas tidak memanfaatkan lingkungan di luar kelas.

7.   Pembelajaran guru cenderung klasikal tidak pernah membentuk kelompok.

8.   Perhatiaan guru kurang terhadap siswa yang lemah atau pasif.

9.   Pendekatan guru terhadap siswa yang kurang.

10. Guru jarang tersenyum dan bercanda terhadap siswa.

11. Guru terlalu mengejar target kurikulum.

12. Metode pembelajaran tidak bervariasi.

(https://bit.ly/3cADaOV)

 

 

 

 

1.   Pembelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif.

2.   Suasana pembelajaran belum kondusif.

3.   Pembelajaran yang dirancang belum bervariasi.

4.   Rancangan pembelajaran belum mampu meningkatkan antusias dan semangat siswa.

5.   Keterampilan guru dalam memberikan penguatan positif masih kurang.

6.   Media permainan edukatif dalam pembelajaran belum optimal.

 

 

 

 

 

1.   Keterampilan dalam mengembangkan media pembelajaran belum optimal.

2.   Belum membuat rangkuman materi.

3.   Metode pembelajaran belum bervariasi.

4.   Belum membuat peta konsep materi.

5.   Metode pembelajaran masih konvensional.

6.   Media yang digunakan kurang menarik.

7.   Pembelajaran belum membangkitkan motivasi belajar siswa.

 

 

1.   Kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran yang bervariasi masih belum optimal.

2.   Model pembelajaran yang digunakan kurang menarik.

 

Metode pembelajaran yang digunakan tidak bervariasi.

 

 

 

 

 

1.   Pembelajaran tidak membangkitkan semangat siswa.

2.   Penggunaan media dalam pembelajaran belum optimal.

3.   Penataan ruang kelas belum menarik.

4.   Penampilan guru kurang menarik.

5.   Volume suara guru kurang lantang dalam menyampaikan materi pembelajaran.

6.   Pembelajaran tidak memanfaatkan lingkungan di sekitar sekolah.

7.   Pembelajaran masih klasikal dan tidak membentuk kelompok dalam pembelajaran.

8.   Tidak membina siswa yang lemah atau pasif dalam pembelajaran.

9.   Pendekatan guru dan siswa masih kurang terkait pembelajaran.

10. Jarang memberikan senyuman dan bercanda dengan siswa.

11. Terlalu mengejar target kurikulum.

12. Pembelajaran tidak menggunakan metode yang bervariasi.

2

Tingkat pemahaman terhadap materi yang diberikan masih rendah.

 

 

Kesulitan siswa dalam melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat (bilangan positif dan negatif).

 

 

 

Kajian literatur:

1.   Belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri pemahamannya.

2.   Penjelasan guru hanya monoton serta media kurang menarik.

 

Ilmiyah, N., Sari, A.C. dan Febrianto, R.D. (2021). Pengaruh Tingkat Pemahaman Peserta Didik terhadap Hasil Belajar Matematika pada Materi Lingkaran. Majamath: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. 4(2). 113—124.

 

(https://bit.ly/3wVHW0e)

 

Wawancara dengan guru:

1.   Media kurang menarik dan belum mengembangkan bahan ajar.

2.   Pembelajaran yang monoton.

3.   Kurang kreatif dan inovatif dalam penyampaian materi.

4.   Kurang minat siswa untuk belajar.

5.   Materi pelajaran terlalu luas.

 

(https://bit.ly/3TsFVCo)

(https://bit.ly/3Qk2iHD)

 

 

 

 

 

 

Wawancara dengan kepala sekolah:

1.   Siswa sulit memahami materi yang diajarkan.

2.   Penggunaan media pembelajaran tidak tepat.

 

 

 

 

 

 

Wawancara dengan Pengawas:

Metode yang digunakan monoton.

(https://bit.ly/3TsFVCo)

 

 

Wawancara dengan pakar:

1.   Minat siswa kurang.

2.   Kurang motivasi belajar siswa.

3.   Faktor intelegensi.

4.   Siswa yang tidak aktif semakin tertinggal.

5.   Lingkungan sekolah tidak mendukung.

6.   Media pembelajaran kurang menarik.

7.   Kepedulian guru terhadap kemajuan belajar siswa kurang.

8.   Guru tidak memberitahukan tujuan utama pembelajaran.

9.   Materi yang disajikan terlalu luas.

10. Pembelajaran berpusat kepada guru.

11. Guru tidak melibatkan siswa lebih aktif.

12. Keterampilan guru membuka pelajaran, bertanya, menjelaskan, dan memberikan penguatan masih kurang.

13. Perhatian guru terhadap siswa secara individu kurang .

14. Keterampilan guru dalam melakukan pembelajaran masih kurang.

15. Guru tidak mampu menggunakan IT.

(https://bit.ly/3cADaOV)

 

 

 

1.   Pembelajaran yang dirancang belum melibatkan siswa.

2.   Media yang digunakan dalam pembelajaran kurang menarik dan penjelasan yang diberikan monoton.

 

 

 

 

 

 

 

 

1.   Media yang digunakan tidak bervariasi

2.   Pengembangan bahan ajar belum optimal.

3.   Pembelajaran yang dilaksanakan monoton.

3.   Penyampaian materi kurang kreatif dan inovatif.

4.   Pembelajaran belum membangkitkan minat belajar siswa.

5.   Materi yang disampaikan terlalu kompleks.

 

1.   Metode pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan materi.

2.   Belum mengembangkan materi ajar.

3.   Media yang digunakan kurang optimal.

 

 

Metode pembelajaran yang digunakan tidak bervariasi.

 

 

 

1.   Belum membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran.

2.   Kurang memotivasi siswa dalam permbelajaran.

3.   Faktor tingkat kemampuan siswa berbeda.

4.   Pembelajaran belum mampu menjadikan siswa aktif secara optimal.

5.   Penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik siswa.

6.   Kepedulian guru terhadap kemajuan belajar siswa masih kurang.

7.   Keterampilan membuka pembelajaran belum maksimal.

8.   Belum membuat rangkuman materi ajar.

9.   Pembelajaran yang dirancang belum berpusat kepada siswa.

10. Tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran.

11. Belum menguasai keterampilan membuka pelajaran, bertanya, menjelaskan dan memberikan penguatan secara optimal.

12. Kurangnya perhatian guru kepada siswa secara individu.

13. Keterampilan melaksanakan pembelajaran masih kurang.

14. Pemanfaatan IT belum optimal dalam pembelajaran.

 

3

Beberapa siswa tidak bisa bersosialisasi dalam pembelajaran.

 

 

Hubungan komunikasi guru dengan orang tua siswa  terkait pembelajaran masih kurang

Kajian literatur:

1.   Minat dan motivasi kurang.

2.   Kurangnya interaksi guru dengan siswa.

3.   Cara penyajian materi kurang tepat.

4.   Hubungan antara guru dengan siswa.

5.   Kurang pembinaan dan pembimbingan.

 

 

Husaini, A., Lestari, S., dan Purwanti. (2019). Studi Kasus Tentang Siswa yang Kesulitan Bersosialisasi dengan Teman Sebaya. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 8(3). 1—7.

https://bit.ly/3ACnLpl

 

 

Wawancara dengan guru:

1.   Takut untuk mengeluarkan pendapat.

2.   Pembelajaran masih teacher centered.

3.   Siswa tidak memahami materi.

4.   Kurang percaya diri.

 

(https://bit.ly/3RjDKzP)

(https://bit.ly/3Qk2iHD)

 

 

 

 

 

 

Wawancara dengan kepala sekolah:

1.   Kurang membiasakan siswa.

2.   diberikan kesempatan untuk berbicara.

3.   Jarang melakukan diskusi atau mengajak siswa mengungkapkan pikiran di depan kelas.

4.   Model pembelajaran tidak tepat.

 

 

 

 

 

Wawancara dengan Pengawas:

1.   Kurang bersosialisasi dalam keluarga.

2.   Pernah mengalami fobia sosial/ bulliying.

(https://bit.ly/3TsFVCo)

 

Wawancara dengan pakar:

1.   Guru kurang menerapkan strategi pembelajaran.

2.   Guru tidak memotivasi siswa yang minder.

3.   Guru tidak peduli terhadap siswa yang suka membully dan dibully.

4.   Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi.

5.   Guru tidak membiasakan siswa mempresentasikan hasil.

6.   Guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

7.   Pembelajaran terlalu berpusat kepada guru.

(https://bit.ly/3cADaOV)

 

 

1.   Pembelajaran belum membangkitkan minat dan motivasi siswa.

2.   Interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran belum maksimal.

3.   Penyajian materi dalam pembelajaran kurang tepat.

4.   Hubungan dalam bersosialisasi antara guru dengan siswa belum maksimal.

5.   Pembinaan dan bimbingan saat pembelajaran belum maksimal.

 

1.   Takut mengeluarkan pendapat dalam pembelajaran.

2.   Pembelajaran yang dirancang masih berpusat kepada guru.

3.   Materi yang disampaikan belum sesuai.

4.   Pembelajaran belum membangkitkan percaya diri siswa.

 

 

1.   Kurang membiasakan siswa untuk bersosialisasi dalam pembelajaran.

2.   Metode diskusi jarang digunakan dalam pembelajaran.

3.   Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat.

 

 

 

Penanganan siswa yang mengalami fobia sosial belum maksimal.

 

 

 

1.   Penerapan strategi pembelajaran masih kurang optimal.

2.   Kurang memotivasi siswa yang tidak percaya diri.

3.   Perhatian guru kepada siswa yang membully dan dibully masih kurang.

4.   Kurang memberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam pembelajaran.

5.   Kurang membiasakan siswa untuk mempresentasikan hasil yang telah ditemukan.

6.   Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

7.   Pembelajaran yang dirancang masih berpusat kepada guru.

4

Belum menerapkan model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran secara optimal.

 

 

Kajian literatur:

1.   Kurangnya pelatihan dan bimbingan.

2.   Pemahaman terhadap konsep pembelajaran inovatif yang masih lemah.

3.   Kurangnya contoh-contoh pembelajaran inovatif yang sesuai dengan kondisi sekolah.

 

Kosnandar, A. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sesuai Kurikulum 2013. Jurnal Teknologi Pendidikan. 8(1). 33—61. https://bit.ly/3wJwXqM

 

Wawancara dengan guru:

1.   Kurang menguasai teknologi.

2.   Proses memilih dan menyesuaikan materi pembelajaran dan membuat media sederhana masih membutuhkan waktu sedikit lebih lama.

3.   Tidak ada pelatihan.

4.   Kurang memahami IT.

5.   Kesulitan dalam mencari ide dalam menentukan media yang sesuai pembelajaran.

 

(https://bit.ly/3RjDKzP)

(https://bit.ly/3Qk2iHD)

 

 

 

 

 

 

 

 

Wawancara dengan kepala sekolah:

Pemahaman guru terkait pembelajaran inovatif kurang.

 

 

 

 

 

Wawancara dengan Pengawas:

1.   Keterbatasan sarana prasarana sekolah.

2.   Perbedaan kompetensi pendidik.

 

(https://bit.ly/3TsFVCo)

 

Wawancara dengan pakar:

1.   Kompetensi guru kurang terhadap pembelajaran inovatif.

2.   Guru malas membaca dan mencari tahu hal-hal terkait motivasi pembelajaran demi menambah wawasan.

3.   Media dan sarana kurang.

4.   Guru kurang diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan.

5.   Guru kurang berminat dalam melakukan pembelajaran inovatif.

6.   Guru tidak kreatif.

7.   Guru jarang disupervisi secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah dalam pembelajaran.

(https://bit.ly/3cADaOV)

 

 

 

1.   Belum mengoptimalkan pelatihan dan bimbingan.

2.   Pemahaman konsep pembelajaran inovatif masih lemah.

3.   Contoh pembelajaran inovatif yang sesuai kondisi sekolah masih kurang.

 

 

 

 

 

 

1.   Pemanfaatan teknologi kurang optimal dalam pembelajaran.

2.   Belum memanajamen waktu dalam membuat media sederhana yang sesuai karateristik materi.

3.   Belum mengoptimalkan pelatihan yang ada.

4.   Pemahaman IT masih belum optimal dalam perancangan pembelajaran inovatif.

5.   Kurang mencari ide dalam menentukan media yang sesuai.

 

 

1.   Pemahaman terkait pembelajaran inovatif masih kurang.

2.   Kurang mencari dan mempelajari referensi yang tersedia.

 

 

Kemampuan setiap pendidik berbeda untuk melaksanakan pembelajaran inovatif.

 

 

 

 

1.   Pengetahuan guru terhadap pembelajaran inovatif masih kurang.

2.   Kurang mencari  dan membaca literatur terkait motivasi pembelajaran.

3.   Kurang mengoptimalkan pelatihan yang ada.

4.   Kurang kreatifitas guru dalam merancang pembelajaran inovatif.

5.   Supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah kurang maksimal.

5

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rendahnya minat baca siswa.

 

Sumber pembelajaran hanya menggunakan buku guru dan siswa.

 

Pemahaman siswa terhadap konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat (bilangan bulat positif dan negatif) yang masih kurang.

 

Pembelajaran yang diberikan masih berbasis LOTS (Lower Order Thinking Skill)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kajian literatur:

 

1.   Belum menggunakan media buku cerita bergambar.

2.   Pembelajaran berpusat pada guru.

3.   Bosan dengan kegiatan yang tengah dilakukan.

4.   Membaca 15 menit sebelum pembelajaran belum optimal.

5.   Peranan pojok baca belum di tata secara menarik.

 

Safitri, L., Muslim, A.H., dan Hawanti, S. (2019). Pengaruh Membaca 15 Menit terhadap Minat Baca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas. 5(2).153—157. https://bit.ly/3KPgtTX

 

Kurniawan, A.R., Destrinelli, Hayati, S., Rahmad, Riskayanti, J., Wasena, I.S., Triadi, Y. (2019). Peranan Pojok Baca dalam Menumbuhkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar. 3(2). 48—57. https://bit.ly/3Q38fZ9

 

Apriliani, S.P., dan Radia, E.H. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Buku Bergambar untuk Meningkatkan Minat Membaca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. 4(4). 994—1003. https://bit.ly/3AElKcb

 

 

Wawancara dengan guru:

1.   Kurangnya buku literasi yang lebih menyenangkan untuk usia SD.

2.   Guru kurang mensosialisasikan minat baca dan belum memberikan contoh literasi sebelum pembelajaran.

3.   Perpustakaan belum maksimal dan keterbatasan buku bacaan.

4.   Tidak ada dorongan dari guru untuk pembiasaan membaca buku.

 

(https://bit.ly/3RjDKzP)

(https://bit.ly/3Qk2iHD)

 

 

 

 

 

 

 

Wawancara dengan kepala sekolah:

1.   Ruang literasi dalam kelas belum optimal.

2.   Perpustakaan belum ada.

3.   Buku bacaan kurang tersedia

 

 

 

Wawancara dengan Pengawas:

1.   Mudah memperoleh informasi yang instan.

2.   Pengaruh media sosial.

 

(https://bit.ly/3TsFVCo)

 

 

 

Wawancara dengan pakar:

1.   Tidak ada program yang baik terkait pembiasaan siswa membaca.

2.   Sekolah tidak memiliki perpustakaan.

3.   Buku-buku kurang.

4.   Penataan buku-buku bacaan di perpustakaan/ di pojok literasi kurang menarik dan rapi.

5.   Orang tua tidak memberikan dorongan kepada anak untuk membaca.

6.   Kurang perhatian orang tua siswa mengarahkan kebiasaan anak untuk membaca.

7.   Sekolah tidak pernah mengadakan lomba membaca secara berkala.

8.   Sekolah tidak menganjurkan siswa membaca di perpustakaan.

9.   Siswa tidak dilatih membaca teknik.

10. Adanya kemajuan teknologi di bidang media informasi dan komunikasi menjadikan siswa lebih senang bermain hp, internet dan menonton televisi daripada membaca.

11. Siswa berdomisili di lingkungan yang banyak warung internet (warnet).

 

 

 

1.   Penggunakan media buku cerita bergambar belum optimal.

2.   Proses pembelajaran masih berpusat kepada guru.

3.   Pembelajaran yang dilaksanakan membosankan.

4.   Kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran belum maksimal.

5.   Pojok baca dalam kelas belum menarik minat baca siswa.

 

 

 

 

 

 

 

1.   Belum menyediakan buku literasi yang menyenangkan usia SD.

2.   Kurang mensosialisasikan minat baca dan belum memberikan contoh pembiasaan literasi sebelum pembelajaran.

3.   Pemanfaatan perpustakaan belum maksimal dan keterbatasan buku bacaan.

4.   Pembiasaan kepada siswa untuk membaca buku belum optimal.

 

1.   Pemanfaatan ruang literasi dalam kelas belum optimal.

2.   Buku bacaan yang tersedia masih kurang.

 

 

 

1.   Informasi instan lebih mudah diperoleh dari pada membaca.

2.   Media sosial berpengaruh terhadap rendahnya minat baca siswa.

 

1.   Program sekolah/ kelas terkait pembiasaan siswa untuk membaca belum maksimal.

2.   Buku bacaan yang tersedia masih kurang maksimal.

3.   Penataan buku-buku di perpustakaan/ pojok literasi kurang menarik dan rapi.

4.   Tidak ada perlombaan membaca secara berkala.

5.   Kurang membiasakan siswa untuk membaca di perpustakaan.

6.   Tidak melatih siswa membaca teknik.

7.   Kemajuan teknologi lebih digemari dari pada membaca.

 

 

6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tampilan LKPD dan bahan ajar belum menarik.

 

 

Pemanfaatan media audio visual belum optimal dalam kegiatan pembelajaran.

 

 

Siswa kurang bersemangat dalam pembelajaran.

 

 

Pengerjaan soal evaluasi belum berbasis teknologi seperti tablet.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kajian literatur:

1.   LKPD yang disusun penerbit belum sesuai dengan karateristik dan lingkungan siswa.

2.   Kurang memiliki keterkaitan dengan masalah nyata yang dihadapi siswa.

3.   LKPD hanya berupa lembaran soal dan minim penjelasan materi.

4.   Gambar yang tersedia di LKPD masih minim dan bewarna hitam putih.

5.   LKPD belum memberikan pengalaman belajar yang berpusat pada siswa.

6.   Hanya memanfaatkan bahan ajar seadanya seperti buku pegangan guru dan siswa.

7.   Untuk meningkatkan antusias siswa dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar kerja siswa yang memanfaatkan teknologi.

8.   Belum melakukan pengembangan bahan ajar yang memanfaatkan teknologi seperti Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik (E-LKPD).

 

Nareswari, N.L.Pt.S.R., Suarjana, I, M., dan Sumantri, M. (2021). Belajar Matematika dengan LKPD Berbasis Kontekstual. Jurnal Mimbar Ilmu. 26(2).204—213. https://bit.ly/3wLEe9k

 

Rahayu, S., Ladamay, I., Ulfatin, N., Kumala, F.N., dan Aminatun, S. (2021). Pengembangan LKPD Elektronik Pembelajaran Tematik Berbasis High Order Thinking Skill (HOTS). Jurnal Pendidikan Dasar. 13(2).112—118.

 

https://bit.ly/3edDQtZ

 

Wawancara dengan guru:

1.   Belum optimal mengembangkan bahan ajar LKPD karena lebih mudah LKPD konvensional.

2.   Guru hanya mengandalkan buku guru dan buku siswa.

3.   Kurang memahami IT dalam membuat bahan ajar yang menarik.

4.   Kurang menguasai teknologi atau perangkat laptop.

 

(https://bit.ly/3RjDKzP)

(https://bit.ly/3Qk2iHD)

 

 

 

 

 

 

 

Wawancara dengan kepala sekolah:

1.   Kurang menguasai teknologi.

2.   Tidak mengetahui cara pembuatan LKPD yang menarik.

3.   Kurang pelatihan-pelatihan yang diikuti.

 

 

 

 

 

Wawancara dengan Pengawas:

Kurangnya kemampuan guru terutama dalam menulis.

 

(https://bit.ly/3TsFVCo)

 

Wawancara dengan pakar:

1.   Tampilan cover tidak menarik minat baca siswa.

2.   Kurang menampilkan gambar-gambar yang berwarna.

3.   LKPD dan bahan ajar belum menampilkan cerita bergambar.

4.   Modal huruf, kata, atau kalimat tidak bervariasi.

5.   Penggunaan bahasa terlalu rumit sehingga sulit dipahami atau tidak komunikatif.

6.   Di dalam bahan ajar materi terlalu luas.

7.   Petunjuk LKPD kurang jelas.

8.   Pertanyaan yang memerlukan jawaban tidak terikat materi.

(https://bit.ly/3cADaOV)

 

 

1.   Penyusunan LKPD belum menyesuaikan karateristik dan lingkungan siswa.

2.   LKPD yang dirancang belum konstektual.

3.   LKPD hanya memuat lembaran soal dan minim penjelasan materi.

4.   Gambar yang tersaji di LKPD masih minim dan bewarna hitam putih.

5.   LKPD belum memuat pengalaman belajar berpusat kepada siswa.

6.   Pembelajaran hanya memanfaatkan buku pegangan guru dan siswa.

7.   Belum memanfaatkan LKPD berbasis teknologi.

8.   Belum memanfaatkan LKPD dalam membuat E-LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.   LKPD yang digunakan masih konvensional.

2.   Pengembangan bahan ajar belum optimal.

3.   Pembelajaran yang dilaksanakan masih terfokus kepada buku guru dan buku siswa.

4.   Pembuatan bahan ajar tidak menggunakan IT secara optimal.

5.   Pembuatan LKPD dan bahan ajar belum memanfaatkan teknologi secara optimal.

 

 

 

1.   Belum memanfaatkan teknologi secara optimal.

2.   Kurang mencari dan mempelajari tutorial pembuatan LKPD yang menarik.

3.   Kurang melatih diri dalam membuat LKPD dan bahan ajar menarik.

 

Kemampuan dalam dalam menulis belum optimal.

 

 

 

1.   Cover LKPD tidak menarik minat baca siswa.

2.   LKPD yang dirancang belum menampilkan gambar-gambar berwarna.

3.   LKPD yang disajikan belum menampilkan cerita bergambar.

4.   Pengunaan tata bahasa dalam LKPD tidak bervariasi.

5.   LKPD dibuat dengan bahasa rumit atau tidak komunikatif.

6.   Materi di bahan ajar belum dibuat ringkasan.

7.   LKPD menggunakan petunjuk yang kurang jelas.

8.   Pertanyaan di LKPD tidak sesuai dengan materi yang disampaikan.

 

 

 

Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Dalam modul 3.1.a.8 materi Koneksi antar materi ini secara garis besar menjelaskan mengenai   dua hal : 1. Bagaimana nilai-nilai atau prin...